Minggu, 30 Oktober 2011

BACALAH DAN TULISLAH!


Sesungguhnya, menulis adalah “anak kandung” membaca. Dengan banyak membaca banyak pula hal yang dapat kita tulis. Ibarat bercocok tanam, membaca adalah proses menanam, sedangkan menulis adalah buahnya. Ingat dengan perintah pertama yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya di gua Hira? (QS Al-Alaq ayat 1-5) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam (pena/pulpen). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Keinginan manusia untuk menuliskan sesuatu yang ada dalam benaknya adalah fitrah. Sejak jaman dahulu kala, kegiatan baca tulis sudah berlangsung. Sekitar 4000 tahun sebelum Masehi, Bangsa Sumeria yang tinggal di lembah Sungai Tigris dan Eufrat merupakan bangsa yang pertama kali menciptakan tulisan. Bentuk tulisannya segi tiga seperti paku. Media yang dipake buat nulis bukan kertas (apalagi kertas print-out komputer seperti sekarang) tapi lempengan tanah liat lunak lalu dijemur. Isi naskahnya pun macam-macam, ada perjanjian bisnis (ingat perintah Allah untuk menuliskan hutang piutang dalam QS al-Baqarah 282), ada kalender pertanian, ada resep obat sampai peraturan atau hukum. Seiring perkembangan budaya, bangsa lain pun mengenal aktivitas tulis menulis ini. Karenanya ada tulisan paku dari Bangsa Assyria, goresan naskah Bangsa Hittite, tulisan Hieroglif dari Bangsa Mesir dan juga guratan serupa dari Bangsa Indian Aztec, Maya dan Inca di Amrik Selatan dan Tengah. Dan jangan lupa, banyak prasasti (batu bertulis) yang ditemukan para arkeolog di negeri kita. Misalnya Prasasti Yupa dari Kerajaan Kutai, Kalimantan; Prasasti Purnawarman dari Kerajaan Taruma, Jawa Barat; Prasasti Dinoyo dari Jawa Timur, Prasasti Kedukan Bukit dari Kerajaan Sriwijaya dan masih banyak lagi. Dari kegiatan tulis menulis ini, sekarang kita semua menikmati hasilnya yang asyik. Ada buku tulis berbagai merek dan bentuk, ada e-mail, ada powerbook dan masih banyak lagi. Semua penemuan alat tulis ini memudahkan dan memanjakan kita semua. Disini, membaca tidak hanya melibatkan organ tubuh yang disebut mata (plus kacamata bagi yang udah nggak sempurna). Tetapi terlibat juga organ telinga dan “hati”. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)....\" (QS :179) Jadi, sudah dapat disimpulkan bahwa membaca tidak hanya dengan mata, semua indera kita bisa digunakan untuk membaca. Betapa banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang bisa kita tarik hikmahnya bila kita memanfaatkan mata, telinga dan hati. Misalnya, keteraturan gerak benda-benda langit menunjukkan, ketaatan pada hukum Allah akan membawa ketentraman sejak jaman mereka diciptakan sampai nanti tibanya masa kiamat. Karena mereka patuh kepada Allah, nggak pernah akan terjadi tawuran antar benda langit? Disana nggak pernah terjadi saling rusak karena ingin memamerkan kekuatannya dan ingin menundukkan benda-benda yang lain. Maka dari itu, taatlah kepada aturan Allah, dijamin kehidupan kita akan lebih bahagia dan bermakna. Siapa saja tahu kalau menulis mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan berbicara. Yaitu: 1. Pesan yang disampaikan lebih akurat sesuai dengan keinginan si penulis. 2. Lingkup jangkauannya lebih luas apalagi jika diedarkan ke seluruh dunia. 3. Jangka waktu penyampaian pesan lebih lama sesuai dengan keberadaan tulisan.


Menyadari manfaat menulis yang sedemikian besar, sejarah Islam dihiasi oleh aktivitas tulis menulis yang luar biasa. Karena itulah Khalifah Utsman ra menghimpun dan membuat standar mushaf al-Qur'an sehingga kaum muslimin di seluruh dunia hingga hari kiamat dapat membaca kitab sucinya dalam satu versi. Karena itulah Imam Bukhari merintis penulisan kitab Shahihnya agar kaum muslimin dapat mengetahui hadits Rasulullah saw. Karena itulah Imam At-Tabari menyusun kitab Sirahnya agar kaum muslimin meneladani perihidup Nabi Muhammad saw.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes